Your Name is on Karma's Waiting List
Jujur, saya tidak pernah mempersalahkan siapa yang kamu cintai.
Dari hari pertama saya memutuskan untuk menempatkanmu menjadi nomor satu pun, saya sudah tahu orang seperti kamu tidak akan mencintai saya.
Tapi saya sadar, itu bukan hal yang wajar.
Menempatkanmu di posisi nomor satu, sedangkan kamu tidak melakukan hal yang sama. Mendahulukan dirimu sebelum memikirkan kepentingan saya.
Hal terbodoh yang pernah saya lakukan.
Itu baru hal terbodoh yang pertama.
Tahu apa yang kedua? Saya mempercayai kamu sebegitunya. Saya sempat berpikir orang sepertimu tidak akan menyakiti saya. Jika memang iya, saya pikir kamu melakukannya karena tidak sengaja.
Tapi ternyata itu kebodohan saya nomor dua. Kamu sama saja seperti pemeran utama sebelumnya.
Tapi tak apa. Kamu pernah begitu berarti, hingga akhirnya kehilangan arti.
Saya masih menulis tentangmu--bukan berarti kamu masih berharga. Namun ada luka yang terlanjur basah. Lukanya masih menganga.
Sudahlah, sekarang saya sudah belajar. Tidak apa jika cinta pernah membodohi saya. Tetapi saya sudah tidak tertarik menambah daftar kebodohan saya.
Kehadiranmu hingga kepergianmu hanyalah kerikil kecil dalam sepatu. Tidak akan menghentikan langkah saya untuk bergerak maju.
- Jangan tenang dulu, karma sedang menunggu. (19 April 2019).