Senin, 08 Juli 2019


"Kenapa harus lari?" tanyamu lagi, berusaha menahanku kali ini.
Aku hanya tersenyum pahit, "Menurutmu, untuk apa aku bertahan jika tidak ada ruang di hatimu untuk diisi oleh ku?"
Kamu terdiam. Aku merasa bersalah, tentu saja, jawaban itu seperti menampar wajahmu keras-keras. Kasat mata namun terasa dalam.
Aku benar bukan?
Cengkeraman tanganmu untuk menahanku, perlahan mengendur. Namun tetap, kamu enggan melepaskan.
"Kenapa harus secepat ini?" Kali ini, kamu enggan menatap mataku. Rasanya aku bisa melihat kristal bening itu berada di pelupuk mata.
Aku terdiam. Aku tidak mau membuat dirimu semakin terluka. Tapi aku tidak bisa mengucapkan kalimat itu dengan lantang. Aku tidak ingin terlihat kalah di hadapanmu. Maaf, aku memang seegois ini.
"Cepat atau lambat, semua hal ini akan berakhir, bukan?" Ucapku, tanpa perasaan.
Oh Tuhan, maafkan aku, aku tidak bermaksud menyakiti perasaan lelaki ini. Aku tak ingin menambahkan garam pada luka-nya. Sungguh, aku sangat menyayanginya. Tapi aku tidak bisa. Tidak bisa jika kita bersama, namun saling menoreh luka.
Sekarang, mata kopi itu menatapku tak percaya. Dirimu benar-benar terluka. Tentu saja.
"Kenapa tidak mencoba terlebih dahulu?" Suaramu bergetar hebat. Aku tidak kuasa berada di tempat ini lebih lama lagi. Aku harus pergi. Secepatnya. Sebelum akhirnya kristal bening di mataku yang jatuh terlebih dahulu.
Aku menutup mata rapat-rapat sebelum akhirnya membuka mata, dan menjawab.
"Maaf, aku mengerti posisiku. Ada beberapa hal yang tidak bisa aku jelaskan. Tapi bukankah, jika kau tidak ingin terluka, tak usah bertanya mengapa?"
Pegangan tanganmu di pergelangan tanganku terlepas begitu saja. Kamu melepasku, kali ini membiarkanku benar-benar pergi. Dengan berat, aku melangkahkan kaki tanpa menoleh ke arahmu. Yang tentu saja akan membenciku setengah mati.
- Untuk yang berusaha singgah namun tak sungguh. (May yang berusaha singgah di Januari 2018)

Maysartn . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates