Satu Hati, Dua Mata.
Aku lelah terjaga semalaman, hanya untuk memikirkan segala hal tentangmu. Hingga aku mendapatkan kesimpulan, ada hal yang tidak bisa dibohongi di sini.
Satu, hati.
Namanya masih terselip di sana, dalam ujung lorong temaram. Bahkan tanpa kau sadari, hatimu memanggil namanya dalam kesunyian malam. Nama dia masih terselip dalam obrolan ringan. Mau sampai kapan? Sampai dia kembali dalam dekapan?
Dua, mata.
Walaupun kau menatapku, aku tahu kau membayangkan orang lain untuk berjalan berdampingan. Kamu mengharapkan kehadiran. Mau sampai kapan? Sampai aku yang pergi meninggalkan?
- Sungguh, aku tak apa. Kau tinggal sendirian tanpa alasan. (5 Juni 2018)