20
“Listen.”
“Bisa pakai bahasa Indonesia aja nggak, kamu sedang
berbicara dengan versi dirimu 10 tahun yang lalu.”
“Okay, sorry. Maaf.”
“Jadi, ada apa?”
“Begini, aku mengenal kamu sudah cukup lama. Jika besok
matahari terbit, maka aku mengenalmu genap kepala dua. Ada banyak hal yang akan
kamu tempuh bersamaku ke depannya. Akan banyak rintangan, pembelajaran, dan
juga kekecewaan. Tapi selebihnya, kamu tidak apa.”
“Tidak menyenangkan, lalu apa aku yang sekarang bahagia?”
“Tentu.”
“Aku tanya sekali lagi, apa kamu bahagia?”
“Bahagia adalah bagian dari kita. Terkadang dia ada,
terkadang digantikan dengan perasaan lain agar dia bisa beristirahat sejenak.
Selalu ada, kadarnya saja yang terkadang berubah.”
“Satu permintaan, aku ingin bahagia selalu ada. Bahkan kalau
bisa dengan cara sederhana. Kamu bilang bahagia adalah bagian dari kita, maka
tolong jangan cari kebahagiaan pada orang lain.”
“Tentu, semoga ini bukan percakapan kita yang terakhir ya.
Sampai ketemu.”
“Bodoh, aku hidup dalam dirimu. Tapi terima kasih sudah berjuang
sejauh ini.”
- Conversation with myself before I turn 20 (25/6/2019)