Surat untuk Semesta
Semesta, mengapa manusia hanya terobsesi dengan kata 'memiliki' tanpa mau belajar cara 'melepaskan'?
Padahal kita semua tahu, semua yang kita miliki hanya titipan, sewaktu-waktu pasti akan dikembalikan.
Semesta, mengapa manusia sibuk mencari sesuatu yang hilang? Padahal belum tentu semua yang hilang ingin ditemukan.
Belum tentu yang hilang menginginkan sebuah pencarian. Mungkin yang hilang hanya ingin menjelma menjadi kata kehilangan.
Semesta, apakah benar, kalau tidak semua yang pergi akan kembali? Ada yang bilang, pergi ya pergi, masalah pulang dan kembali itu urusan nanti, memang iya begitu?
Mungkin yang pergi memang ingin hilang saja, tidak ingin dicari. Apalagi ditemukan kembali.
(Yang bernama Semesta tolong, waktu dan tempat saya persilakan, karena saya butuh jawaban).