Hujan Bintang
Aku berjalan tergopoh - gopoh sembari melihat arlojiku. tertulis "05.10 PM" disana. Menandakan hari mulai petang. Tentunya langit pun mulai berganti warna, berlatar lebih gelap. Ditambah memang musim ini adalah musim hujan. Yang berarti langit berwarna dua kali lipat lebih gelap dari biasanya.
"Nas! nas!" terdengar seseorang memanggil nama ku dari belakang. Aku pun membalikan badan. Ku lihat Ira ber lari - lari kecil mengahmpiriku. "Huh, apaan sih ra? gue buru - buru nih!" dengus ku kesal.
"Kalo ga penting - penting amat juga ga bakal gue mau ngejar lo dari kelas barusan."
"Yakin penting banget? buruan deh ada apaan?! udah sore nih gawat perpus bentar lagi tutup."
"Abis ini elo pasti ngucapin beribu - ribu terima kasih ke gue, YAKIN!!" ucap Ira dengan semangat '45nya.
"CEPETAAAN RAAA!" ucap ku tambah kesal. Jelas kesal, karena hari ini adalah hari terakhir pengumpulan naskah lomba Menulis Novel. Dan pengumpulan berkas bertempat di perpustakan sekolah. Ditambah perpustakaan tutup pukul setengah enam. Lomba ini akan mewakili sekolah ku ke tingkat Nasional. Kalau karena telat menjadi alasan utama ku tidak daftar lomba ini, aku akan menyalahkan Ira 7 hari 7 malam.
"Sabar dong mba, nih berkas lo yang ketinggalan. gawat kan kalo gue tadi ga liat ini ketinggalan di laci meja elo." ucap Ira sambil mengulurkan tangan nya yang memegang berkas persyaratan ku untuk ikut lomba, yang di dalam nya pasti terdapat Novel karya ku.
"YA AMPUN RA! MAKASIH BANGET! GA NYESEL GUE PUNYA SOBAT SEKSI KEBERSIHAN KAYA ELO! MAU TRAKTIR DIMANA? BASO MAS BEJO? ATAU SEBLAK TEH NINGSIH?" ucap ku sembari memeluk Ira dengan eratnya.
"Nassss!!! yang gue mau sekarang cuman elo plisss lepasin pelukan nya! sesek tau!" ucap ira memegang lehernya yang kelewat merah gara - gara tadi aku peluk.
"Hehe sorry ra, kalo ini sempet ilang kan bahaya banget."
"Sorry nya gue terima kalo elo comblangin Kak Bintang ke gue, hehe enggak deng nanti Rico marah ke gue. Eh jadi ngelantur kan, oh iya yakin nas enggak nebeng motor gue aja? gue tungguin deh."
"Yakin ra, abis ini gue ada bimbel . Duluan aja kali, gue udah banyak ngerepotin lo juga hari ini."
"Beneran nas? bentar lagi hujan tau" ucap Ira sembari menerawang langit.
"Gue bawa payung kok, lagian bisa neduh dulu di sekolah."
"Yaudah deh kalo ga mau, gue duluan ya. awas ada yang nemenin lho!! hihihi" ucap Ira sambil melesat pergi. Sialan, ucap ku dalam hati.
Aku pun mulai menyadari, aku kehilangan waktu ku beberapa menit tadi. Dan sialnya perpustakaan juga akan tutup, begitu juga penutupan pendaftaran nya. Aku ingin menjadi salah satu dari tiga perwakilan dari SMA TUNAS BAKTI. Dua yang lainya dari kelas sepuluh dan kelas dua belas. Aku melewati koridor menuju perpustakaan dengan berlari. sangat sepi. di tambah langit yang mendung. Kata - kata ira pun mulai terbesit di fikiran ku. hiiiiii. aku menambah lagi kecepatan berlari ku. Sesampainya di depan perpustakaan, ternyata tak kalah sepi dengan di koridor. Aku khawatir Ibu Sudiro sudah pulang, ya panitia pendaftaran.
"Permisi, bu?"
"Ibu Sudiro?" ucap ku yang merasa belum puas karena tidak ada balasan sautan dari dalam perpustakaan.
Aku pun mulai berfikir, mungkin Ibu Sudiro sedang pergi ke luar sebentar. Aku pun mulai menarik salah satu kursi dan mulai duduk. Lima menit, sepuluh menit, lima belas menit. Tidak terlihat batang hidung Ibu Sudiro. Dan aku mendengar suara petir yang menggelegar, dan di ikuti hujan yang tak kalah derasnya. Hah sial, aku benci hujan. Tak lama dari suara petir tadi muncul, terdengar langkah kaki. Aku sudah berharap pasti bahwa itu Ibu Sudiro.
"Permisi" ucap seorang pria jangkung berbaju SMA yang basah kuyup.
"Ada bu Sudiro nya?" ucapnya lagi
"Engggaaa tau kak. Saya juga lagi nunggu Bu Sudiro" ucap ku gugup, memanggil kaka karena pangkat di baju nya bertuliskan 'XII'
"Oh" ucapnya datar lalu duduk di bangku sebelah ku. Aku merasa tidak nyaman duduk di sebelah nya. Baju nya basah, dan mengenai barang barang di sekitarnya. Termasuk tas ku yang aku taruh di bawah bangku tadi. Aku merasa makin tidak nyaman di tambah juga kesal. Aku pun mengambil se'pack' tisu dari tas ku dan memindahkan tas dari tempat asalnya tentunya.
"Nih ka, tisu. Baju kaka bikin semua barang di sini basah." ucap ku datar, dan menaruh tisu tepat diatas mejanya.
"Eh, makasih Nas. Bukan nya dari tadi gitu ngasihnya. jadi ga bakal basah kaya gini kan"
DEG JELEGER. sekarang gantian yang menyambar bukan petir, tapi hati ku merasa bergetar. Rasa kesal dan tidak nyaman berganti menjadi rasa takut. Apakah ini metode baru penculikan? kenapa dia tau nama panggilan ku? MAMA AKU INGIN PULANG, MANG DADANG PENJAGA SEKOLAH, DATANGLAH KEMARI. ATAU IBU SUDIRO DATANGLAH KEMARI. Tapi dari pada takut dengan alasan yang engga jelas, mending tanyain aja ke orang nya. kenapa dia bisa tau panggilan nama ku.
'hmmm" ucap ku agak ragu.
"iya?"
"euhh, oh iya kak tahu nama ku dari mana? kan itu nama panggilan deket sahabat ku. Dan aku baru tahu kaka sekarang. Menit ini, jam ini, di hari ini." ucap ku masih tetep sama, ragu.
Dan cowok yang di sebelah ku hanya tertawa.
"Tau dari mana ya? Hm nama kamu itu Mentari Nasya Salsabila kan? kelas XI IPA 8, juara umum, menang lomba cerpen waktu minggu kemarin." ucapnya masih tetap santai dan mengelap mukanya yang basah.
Oh iya, aku kok bisa bodoh gini ya. waktu hari senin minggu kemarin kan lomba pemenang cerpen di umumin sehabis upacara. ini namanya kelewatan parno. aku pun diam, malu sih kalau mau ngomong lagi. Duh, pasti muka ku udah merah padam.
"eh sorry de, pasti takut ya kok aku bisa tau detail gitu? oke kenalin nama saya Bintang Putra Pangestu dari kelas XII IPA 3. dan oh iya satu lagi, waktu ulangan semesteran kemarin kita ulangan sekelas kok." ucap kaka itu.
"oh iya kak? kok aku ga pernah lihat kaka ya hehe" ucap ku.
"Mungkin karena aku Bintang dan kamu Mentari" ucapnya. Dan setelah kaka itu menyelesaikan perkataan nya Ibu Sudiro pun datang. Dengan alasan ada saudaranya yang kecelakaan. Aku masih memikirkan perkataan kak Bintang tadi. Entah apa maksud nya.
Sudah dua bulan dari peristiwa pendaftaran lomba menulis Novel dan perkenalan ku dengan orang bernama "Bintang". Yang baru aku ingat, Bintang adalah orang yang selalu Ira ceritakan padaku. "Kaka kelas yang cakepnya ga ketulungan, pinternya beeuhh ga usah di tanya lagi, yang baiknya kelewat baik.Perfect BE-GE-TE" gitu yang Ira selalu ucapkan kalau menggambarkan seseorang yang bernama "Bintang" itu. Dan lombanya pun sudah lewat beberapa minggu yang lalu. Pengumuman nya pun akan di umumkan di mading sekolah hari ini. Tapi karena aku mewakili kelas ku untuk penyuluhan "Bahaya Narkoba Bagi Pelajar" yang jadwalnya dari pagi hari sampai sore petang, jadi paling aku akan melihat pengumuman seusai penyuluhan selesai. Aku menatap layar 'in focus' dengan tidak 'focus'. aku masih memikirkan, akan kah aku menang? atau kak Bintang yang akan menang? Semenjak aku bertemu kak Bintang, aku jadi suka 'Hujan'. aku suka suara yang di hasilkan dari percikan air hujan. aku suka wangi air yang berjatuhan akibat hujan. Pokok nya aku suka sama hujan. Sudah sepuluh jam aku berada di aula tempat penyuluhan. dan moderator menyudahi acara. aku bergegas keluar aula dengan hati yang senang di campur deg - deg an.
Sepi, koridor sekolah sudah sepi. Aku pun sampai di depan mading sekolah. aku menyapu satu persatu pengumuman di papan itu. bertuliskan
" PENGUMUMAN HASIL LOMBA MENULIS NOVEL "
JUARA 1 : BINTANG PUTRA PANGESTU (BINTANG DAN MENTARI) - SMA TUNAS BAKTI
JUARA 2 : MENTARI NASYA SALSABILA (INVISIBLE) - SMA TUNAS BAKTI
JUARA 2 : ERFINA PUTRI (LAGU BUAT VANYA) - SMA MANDIRI
Aku tersentak kaget, bukan karena hasil pemenang nya. Tetapi karena judul novel Kak Bintang adalah "BINTANG DAN MENTARI". Lalu turunlah butir - butir air kecil dari langit. Padahal sore ini cerah.
"Ya mungkin waktu yang tepat untuk kita bertemu adalah di saat sore hari yang gerimis tetapi langitnya cerah, karena di situlah titik pertemuan antara Bintang dan Mentari." ucap seseorang cowok bertubuh jangkung yang aku tau itu pasti Kak BINTANG.
THE END
ヾ(;ω;)Byeヾ(;ω;)Bye
"Nas! nas!" terdengar seseorang memanggil nama ku dari belakang. Aku pun membalikan badan. Ku lihat Ira ber lari - lari kecil mengahmpiriku. "Huh, apaan sih ra? gue buru - buru nih!" dengus ku kesal.
"Kalo ga penting - penting amat juga ga bakal gue mau ngejar lo dari kelas barusan."
"Yakin penting banget? buruan deh ada apaan?! udah sore nih gawat perpus bentar lagi tutup."
"Abis ini elo pasti ngucapin beribu - ribu terima kasih ke gue, YAKIN!!" ucap Ira dengan semangat '45nya.
"CEPETAAAN RAAA!" ucap ku tambah kesal. Jelas kesal, karena hari ini adalah hari terakhir pengumpulan naskah lomba Menulis Novel. Dan pengumpulan berkas bertempat di perpustakan sekolah. Ditambah perpustakaan tutup pukul setengah enam. Lomba ini akan mewakili sekolah ku ke tingkat Nasional. Kalau karena telat menjadi alasan utama ku tidak daftar lomba ini, aku akan menyalahkan Ira 7 hari 7 malam.
"Sabar dong mba, nih berkas lo yang ketinggalan. gawat kan kalo gue tadi ga liat ini ketinggalan di laci meja elo." ucap Ira sambil mengulurkan tangan nya yang memegang berkas persyaratan ku untuk ikut lomba, yang di dalam nya pasti terdapat Novel karya ku.
"YA AMPUN RA! MAKASIH BANGET! GA NYESEL GUE PUNYA SOBAT SEKSI KEBERSIHAN KAYA ELO! MAU TRAKTIR DIMANA? BASO MAS BEJO? ATAU SEBLAK TEH NINGSIH?" ucap ku sembari memeluk Ira dengan eratnya.
"Nassss!!! yang gue mau sekarang cuman elo plisss lepasin pelukan nya! sesek tau!" ucap ira memegang lehernya yang kelewat merah gara - gara tadi aku peluk.
"Hehe sorry ra, kalo ini sempet ilang kan bahaya banget."
"Sorry nya gue terima kalo elo comblangin Kak Bintang ke gue, hehe enggak deng nanti Rico marah ke gue. Eh jadi ngelantur kan, oh iya yakin nas enggak nebeng motor gue aja? gue tungguin deh."
"Yakin ra, abis ini gue ada bimbel . Duluan aja kali, gue udah banyak ngerepotin lo juga hari ini."
"Beneran nas? bentar lagi hujan tau" ucap Ira sembari menerawang langit.
"Gue bawa payung kok, lagian bisa neduh dulu di sekolah."
"Yaudah deh kalo ga mau, gue duluan ya. awas ada yang nemenin lho!! hihihi" ucap Ira sambil melesat pergi. Sialan, ucap ku dalam hati.
Aku pun mulai menyadari, aku kehilangan waktu ku beberapa menit tadi. Dan sialnya perpustakaan juga akan tutup, begitu juga penutupan pendaftaran nya. Aku ingin menjadi salah satu dari tiga perwakilan dari SMA TUNAS BAKTI. Dua yang lainya dari kelas sepuluh dan kelas dua belas. Aku melewati koridor menuju perpustakaan dengan berlari. sangat sepi. di tambah langit yang mendung. Kata - kata ira pun mulai terbesit di fikiran ku. hiiiiii. aku menambah lagi kecepatan berlari ku. Sesampainya di depan perpustakaan, ternyata tak kalah sepi dengan di koridor. Aku khawatir Ibu Sudiro sudah pulang, ya panitia pendaftaran.
"Permisi, bu?"
"Ibu Sudiro?" ucap ku yang merasa belum puas karena tidak ada balasan sautan dari dalam perpustakaan.
Aku pun mulai berfikir, mungkin Ibu Sudiro sedang pergi ke luar sebentar. Aku pun mulai menarik salah satu kursi dan mulai duduk. Lima menit, sepuluh menit, lima belas menit. Tidak terlihat batang hidung Ibu Sudiro. Dan aku mendengar suara petir yang menggelegar, dan di ikuti hujan yang tak kalah derasnya. Hah sial, aku benci hujan. Tak lama dari suara petir tadi muncul, terdengar langkah kaki. Aku sudah berharap pasti bahwa itu Ibu Sudiro.
"Permisi" ucap seorang pria jangkung berbaju SMA yang basah kuyup.
"Ada bu Sudiro nya?" ucapnya lagi
"Engggaaa tau kak. Saya juga lagi nunggu Bu Sudiro" ucap ku gugup, memanggil kaka karena pangkat di baju nya bertuliskan 'XII'
"Oh" ucapnya datar lalu duduk di bangku sebelah ku. Aku merasa tidak nyaman duduk di sebelah nya. Baju nya basah, dan mengenai barang barang di sekitarnya. Termasuk tas ku yang aku taruh di bawah bangku tadi. Aku merasa makin tidak nyaman di tambah juga kesal. Aku pun mengambil se'pack' tisu dari tas ku dan memindahkan tas dari tempat asalnya tentunya.
"Nih ka, tisu. Baju kaka bikin semua barang di sini basah." ucap ku datar, dan menaruh tisu tepat diatas mejanya.
"Eh, makasih Nas. Bukan nya dari tadi gitu ngasihnya. jadi ga bakal basah kaya gini kan"
DEG JELEGER. sekarang gantian yang menyambar bukan petir, tapi hati ku merasa bergetar. Rasa kesal dan tidak nyaman berganti menjadi rasa takut. Apakah ini metode baru penculikan? kenapa dia tau nama panggilan ku? MAMA AKU INGIN PULANG, MANG DADANG PENJAGA SEKOLAH, DATANGLAH KEMARI. ATAU IBU SUDIRO DATANGLAH KEMARI. Tapi dari pada takut dengan alasan yang engga jelas, mending tanyain aja ke orang nya. kenapa dia bisa tau panggilan nama ku.
'hmmm" ucap ku agak ragu.
"iya?"
"euhh, oh iya kak tahu nama ku dari mana? kan itu nama panggilan deket sahabat ku. Dan aku baru tahu kaka sekarang. Menit ini, jam ini, di hari ini." ucap ku masih tetep sama, ragu.
Dan cowok yang di sebelah ku hanya tertawa.
"Tau dari mana ya? Hm nama kamu itu Mentari Nasya Salsabila kan? kelas XI IPA 8, juara umum, menang lomba cerpen waktu minggu kemarin." ucapnya masih tetap santai dan mengelap mukanya yang basah.
Oh iya, aku kok bisa bodoh gini ya. waktu hari senin minggu kemarin kan lomba pemenang cerpen di umumin sehabis upacara. ini namanya kelewatan parno. aku pun diam, malu sih kalau mau ngomong lagi. Duh, pasti muka ku udah merah padam.
"eh sorry de, pasti takut ya kok aku bisa tau detail gitu? oke kenalin nama saya Bintang Putra Pangestu dari kelas XII IPA 3. dan oh iya satu lagi, waktu ulangan semesteran kemarin kita ulangan sekelas kok." ucap kaka itu.
"oh iya kak? kok aku ga pernah lihat kaka ya hehe" ucap ku.
"Mungkin karena aku Bintang dan kamu Mentari" ucapnya. Dan setelah kaka itu menyelesaikan perkataan nya Ibu Sudiro pun datang. Dengan alasan ada saudaranya yang kecelakaan. Aku masih memikirkan perkataan kak Bintang tadi. Entah apa maksud nya.
Sudah dua bulan dari peristiwa pendaftaran lomba menulis Novel dan perkenalan ku dengan orang bernama "Bintang". Yang baru aku ingat, Bintang adalah orang yang selalu Ira ceritakan padaku. "Kaka kelas yang cakepnya ga ketulungan, pinternya beeuhh ga usah di tanya lagi, yang baiknya kelewat baik.Perfect BE-GE-TE" gitu yang Ira selalu ucapkan kalau menggambarkan seseorang yang bernama "Bintang" itu. Dan lombanya pun sudah lewat beberapa minggu yang lalu. Pengumuman nya pun akan di umumkan di mading sekolah hari ini. Tapi karena aku mewakili kelas ku untuk penyuluhan "Bahaya Narkoba Bagi Pelajar" yang jadwalnya dari pagi hari sampai sore petang, jadi paling aku akan melihat pengumuman seusai penyuluhan selesai. Aku menatap layar 'in focus' dengan tidak 'focus'. aku masih memikirkan, akan kah aku menang? atau kak Bintang yang akan menang? Semenjak aku bertemu kak Bintang, aku jadi suka 'Hujan'. aku suka suara yang di hasilkan dari percikan air hujan. aku suka wangi air yang berjatuhan akibat hujan. Pokok nya aku suka sama hujan. Sudah sepuluh jam aku berada di aula tempat penyuluhan. dan moderator menyudahi acara. aku bergegas keluar aula dengan hati yang senang di campur deg - deg an.
Sepi, koridor sekolah sudah sepi. Aku pun sampai di depan mading sekolah. aku menyapu satu persatu pengumuman di papan itu. bertuliskan
" PENGUMUMAN HASIL LOMBA MENULIS NOVEL "
JUARA 1 : BINTANG PUTRA PANGESTU (BINTANG DAN MENTARI) - SMA TUNAS BAKTI
JUARA 2 : MENTARI NASYA SALSABILA (INVISIBLE) - SMA TUNAS BAKTI
JUARA 2 : ERFINA PUTRI (LAGU BUAT VANYA) - SMA MANDIRI
Aku tersentak kaget, bukan karena hasil pemenang nya. Tetapi karena judul novel Kak Bintang adalah "BINTANG DAN MENTARI". Lalu turunlah butir - butir air kecil dari langit. Padahal sore ini cerah.
"Ya mungkin waktu yang tepat untuk kita bertemu adalah di saat sore hari yang gerimis tetapi langitnya cerah, karena di situlah titik pertemuan antara Bintang dan Mentari." ucap seseorang cowok bertubuh jangkung yang aku tau itu pasti Kak BINTANG.
THE END
ヾ(;ω;)Byeヾ(;ω;)Bye