Selasa, 22 Oktober 2019


Nala,

Katanya setelah tidak denganmu, aku terlihat seperti mayat hidup. Kemeja flannel kotak-kotak kesukaanmu yang sering ku pakai, sekarang sudah kebesaran. Entah berat badanku yang menurun drastis, atau bahannya memang sudah semakin menipis.

Bukan hanya itu, Nala. Pagi ini aku banyak merenung.

Seperti remaja pada umumnya, saat bangun tadi pagi, hal pertama yang aku periksa adalah ponsel di sebelah kasur. Pikiranku tertuju pada tumpukan pesan yang biasanya akan selalu aku dapatkan darimu, ketika bangun di pagi hari.

Tetapi Nala, tidak dengan hari ini.

Bar pada notifikasi ponselku kosong, melompong, tidak ada namamu di sana.

Untuk beberapa detik aku panik, takut dengan fakta bahwa kamu masih marah sejak semalam, karena kebiasaanku yang keasyikan bermain game, sedangkan kamu menuntut untuk diberi kabar, ingin didengarkan.  

Detik berubah menit, perasaan panik berubah menjadi rasa sakit dan perih di bagian dada. Rasanya sesak, Nala.

Nala, aku lupa.

Aku sudah bukan kekasihmu lagi.

Kalau aku bisa menangis, ku yakin awan juga ikut menangis.

Jangan marah, aku tidak sedang menggunakan majas hiperbola, Nala. Tapi memang begitu adanya.

Nala, kesalahanku kali ini sudah tidak bisa diperbaiki lagi ya? Kamu benar-benar akan membenci dan tidak mau melihat wajahku lagi?

Bahkan kamu bersumpah menyesal pernah mencintaiku, kamu serius untuk kata-katamu yang satu itu, Nala?

Aku memutar pelan kran di depanku dengan mata sembab sisa menangis semalam. Tetesan air dari shower terasa menusuk-nusuk kulitku, pagi ini Nala. Tetapi rasanya menusuknya masih kalah dengan rasanya ditinggalkan olehmu.

Pagi ini aku berharap tetesan air ini bisa menghapus segala kesalahanku padamu. Berharap tetesan air ini bisa membuatku lupa bahwa aku sudah tidak lagi denganmu.
Untuk kali pertama, doaku pada Tuhan seserius itu.

Aku sayang kamu, Nala. Sungguh.

Tetapi, tidak ada jalan lagi untuk membuatmu kembali ya? Sekeras apapun aku berusaha mencoba? Aku harap aku bisa memperbaiki hatimu yang patah. Tetapi aku yakin aku tidak bisa membuat kembali hatimu menjadi utuh seperti semula. 

Sebelum kembali menjalani aktivitas di hari ini, bolehkah aku bertanya sesuatu?

Jika malam perpisahan sekolah kita tidak bertengkar hebat karena kehadiran Kina di hubungan kita, apakah kita akan masih bersama?

Jika malam perpisahan sekolah, kamu tidak mengunci diri di kamar dan membiarkanku meneguk minuman keras, apakah kejadiannya akan sama?

Jika malam perpisahan sekolah, aku dan Kina tidak melakukan hal itu dan berakibat seperti sekarang, apakah kamu masih akan mencintaiku dengan rasa yang sama?

Pasti masih, bukan?

Nala, sungguh aku minta maaf. Memang bukan aku orang yang tepat. Kamu memang pantas mendapatkan orang lain yang lebih baik dariku.

Nala, aku minta maaf tidak bisa menepati semua janji-janjiku perihal masa depan kita berdua.

Saat ini, hanya itu yang ingin aku sampaikan. Bertepatan dengan air dari shower yang sudah berhenti berjatuhan. Bertepatan dengan terdengarnya nada dering ponselku di dalam kamar.

“Nandan, ke rumah sakit sekarang. Kina mulai kontraksi.”

Nala, maafkan aku karena akan segera menjadi seorang Ayah.

Dan bukan kamu Ibu-nya.

Yang mana tidak sesuai dengan janjiku sebelumnya.



TAMAT





A lil note:

I really don't know why am I wrote this LOLOLOLOL. But this is the kind of short story that I find it really enjoy to write.  Dan ya, mungkin untuk beberapa alasan ide yang tiba-tiba muncul dan minta dikeluarkan dari dalam kepala, aku akan membuat banyak short story di sini.


Cerpen plot twist tidak jelas ini terinspirasi dari lagu Chelsea Cutler - Cold Shower. 

Short story selanjutnya juga begitu, akan terinspirasi dari lagu-lagu favorite yang ada di playlistku. 


Maysartn . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates