Rabu, 31 Desember 2014

Goodbye, 2014



Woooff, ga kerasa besok udah “2015” how surprised. banyak banget kenangan, pengalaman, masalah, yang bisa bikin aku belajar ditahun ini. Kalo di bikin kaleidoskop kaya nya keren -___-
Rewind? Males sih, yang pasti banyak pelajaran yang dapat di ambil dari peristiwa yang aku jalani di 2014, thank you sooooo much my self (?) .
Harus bikin resolusi nih buat 2015. 

Pokoknya dear 2015, BE BETTER!!!

Rabu, 15 Oktober 2014

Diary




Aku keluar dari kelas dengan perasaan yang bingung. Rafi, teman sekelas ku, dia meminta aku untuk menjadi pacar nya. Padahal aku baru mengenalnya satu bulan ini. Aku hanya merasa bingung, dekat pun aku tidak pernah. Yang aku tahu, Rafi pintar dan dia baik kepada ku, itu saja. Tetapi ya, pandangan yang dia berikan saat melihat ku memang lah berbeda. Tetapi itu bukan menjadi patokan untuk aku mengharapkannya. Pikiran ku saat ini sangat kalang kabut, aku tidak fokus berjalan di keramaian saat bubaran pulang sekolah ini.
“Ri!” panggil seseorang yang membuat ku spontan membalik kearah sumber suara. Dan saat aku lihat itu adalah Kak Bagas.
“Eh iya kak, ada apa?”
“David nungguin di lapang basket  tuh”
“Oh iya? Oke makasih kak”
Dengan semangat ’45 aku berjalan menuju lapang basket. Terlihat dari kejauhan tim basket SMA Cendrawasih sedang berlatih di sana. Sesampainya di lapang basket, aku hanya duduk di kursi penonton. Menunggu david mengahampiri ke kursi ku. Dan tidak lama setelah aku duduk, terlihat David berlari menghampiri ku.
“Ada apa ri?”
“Loh, kan David yang nyuruh aku kesini?”
“KAK DAVIDDD, ARIAN”
“Eh iya maaf, kan KAK DAVID yang nyuruh aku kesini” ucap ku dengan nada penuh penekanan.
“Hehe iya, lupa. Mau pulang bareng ga? Tapi tungguin aku latihan dulu”
“Lama ga? Kalo lama sih mending pulang sendiri”
“Bentar kok”
                Aku pun dengan pasrah hanya mengangguk dengan ajakan david yang selalu memaksa, kak David maksud ku. Dia adalah teman ku dari kecil, kami hanya berbeda 1 tahun. David lebih tua 1 tahun dari ku tentunya. Kita berteman dari zaman david baru pindah ke Bandung, waktu itu dia kelas 4 SD. Dulu sih david ga masalah di panggil dengan sebutan “David” doang. Tapi semenjak kita masuk SMP, dia ingin di panggil dengan sebutan “Kak David” hanya saat aku berada di depan teman – temannya. Dan sampai sekarang, aku masih protes dengan peraturan yang memaksa itu.
                Aku sudah biasa pulang bersama David, karena rumah kita memang sebelahan. Aku biasa menunggu nya latihan basket dulu. Terkadang dia juga menunggu aku latihan ekskul paduan suara. Di rumah juga David biasanya membantu ku mengerjakan soal Fisika, dan aku membantunya mengerjakan kesenian. Terkadang David berada dirumah ku sampai pukul 2 dini hari, mengobrol bersama kaka ku Ferdian. Dan baru pulang, di saat orang tua nya menyusulnya ke rumah ku. Aku tidak tau kita itu apa, banyak yang bilang kalau kita itu pacaran. Tetapi, aku menolak mentah – mentah tanggapan itu.
“HEH! Bengong mulu, mikirin apa sih?”
“Siapa yang bengong. Lama benget  sih Dav, pengen balik nih laper”
“Sorry sorry, tadi tuh ada pengumuman. Katanya minggu depan ada pertandingan gitu lawan SMA lain”
“Oh, yaudah yu balik”
                Di perjalanan, aku hanya memikirkan Rafi lagi. Aku bingung dengan apa yang harus aku jawab. Dia minta jawaban nya besok, yang jelas – jelas aku bingung. Aku hanya bicara kepadanya di kelas di saat kami sekelompok, dan itu hanya sebutuhnya saja. Dan aku tidak pernah menyangka kalau dia menyimpan perasaan yang lebih kepada ku.
“Ri, macet. Mau makan di luar ga?” David pun akhirnya membuka percakapan dan membuyarkan lamunan ku.
“Boleh, tapi bayarin”
                Tanpa ba – bi – bu lagi, david pun memutar balikan motor dan pergi ke arah café Senja. Tempat favorit kami berdua. Sesampai nya di café, aku dan david biasanya mengambil tempat duduk di lantai 2 café. Pemandangan di sana yang membuat kami berdua suka dengan café ini. Biasanya kami pergi ke sini untuk melihat senja, matahari terbenam. Setelah memesan, david pun angkat bicara.
“Mikirin apaan sih ri. Muka kamu udah kaya banyak hutang tau ga”
“Kepo amat sih”
“Ih serius, mau di bayarin ga nih?”
“Iya deh iya, tapi jangan ketawa”
“Banyak peraturan amat sih, cepetan ada apa?”
“Tau Rafi yang di kelas aku ga?”
“Hm yang ekskul futsal itu bukan sih? Kenapa emangnya? Kamu naksir?”
“Enak aja”
“Terus kenapa?”
“Dia nembak aku”
David pun tersedak, mukanya memerah. Aku pun menyerah kan minuman ku yang kebetulan belum aku minum. Setelah keadaan David membaik, David hanya terdiam. Tidak menanggapi percakapan kami yang tadi.
“Mangkanya jangan suka maksa orang, jadinya keselek kan”
“Terus gimana? Kamu terima ga?”
“Yaaa ga tau sih, belum aku jawab”
“Terima aja”
“Kok jadi ngebela dia sih, kasih dulu alasan kenapa aku harus nerima dia, lagian aku belum terlalu deket sama dia”
“Tanya aja hati kamu”
“Hati, kamu suka Rafi engga?”
“Bodoh, bukan gitu caranya”
***
                Di rumah aku hanya mondar – mandir di dekat kasur. Hati ku tetap tidak tenang. Aku pun menyapu barang – barang satu persatu, mencari sesuatu yang bisa membuat ku tenang. Novel, ah tidak itu akan membuat ku semakin pusing. Ngemil, engga ah udah lewat jam 9 gini. Aku pun melihat buku yang bersampul berwarna hijau di atas laci kecil. Aha, itu buku diary ku. Mungkin dengan mencurahkan isi hati ku kesana fikiran ku akan sedikit membaik.
                Keesokan harinya, aku hanya diam di kelas. Aku pun tidak menganggap Rafi ada didalam kelas. Aku bingung, aku harus bagaimana di hadapan dia. Dan saat pulang sekolah pun Rafi mengajak ku berbicara di bangku penonton di lapang basket.
“Ri, mau mau ngomong dong sebentar ya?”
“Tinggal ngomong aja, kenapa harus di sini sih?”
“Yaudah maaf deh, bentar kok. Mau nanya aja”
“Yaudah cepetan”    Aku pun mencari – cari David, membuat nya menjadi alasan agar aku bisa keluar dari zona tidak nyaman ini.
“Ada hubungan apa sih kamu sama Ka David? Kalian pacaran?”
“Ih so tau, engga tuh. Kita engga pacaran” Dan saat aku selesai mengucapkan kalimat itu, aku melihat David sedang mengobrol dengan salah satu cewe anggota cheers. Mereka sedang mengobrol asik di sebrang lapangan.
“Terus gimana perasaan kamu sama aku?”
Ah mampus. Ternyata itu pertanyaan menjebak. Mumpung ada David diseberang lapangan , ada kesempatan untuk  alibi, menghindar dari pertanyaan Rafi.
“Eh itu Kak David, gue ke sana dulu ya byeee”
Aku pun dengan setengah berlari menyebrangi lapangan basket, dan BRRRUUUUUK.
Aku merasakan ada sebuah  benda berat yang menghantam kepalaku. Kepala ku pun terasa berat dan aku tidak ingat apa – apa lagi.

                Aku mendapati diriku sudah berada di kamar, aku melihat ada David disana.
“Bodo banget sih Arian, orang lagi pada main basket malah nyelonong aja nyebrang! Berdarah kan hidung kamu”
Aku menekan hidung ku dan benar saja, terasa perih disana.
“Aku tuh mau nyamperin kamu tau ga, dan kabur dari pertanyaan si Rafi” ucap ku kesal.
“Lewat pinggir kan bisa, ceroboh banget”
“Ih orang abis kena celaka marah di marahin, nama nya juga ke-ce-la-ka-an. Oh iya ngobrol sama siapa tuh tadi? Asik banget kayanya”
“Oh yang tadi? Dia Friska, cantik banget kan? Baik lagi, ngobatin aku pas lagi latihan basket”
Tidak tahu kenapa tenggorokan ku tercekat saat mau memberinya pertanyaan yang lain. Melihat David membicarakan orang lain membuat ku aneh, apalagi dengan gaya nya yang antusias. Iya aneh, hati ku terasa aneh.
                                                                                ***
“Hari – hari selanjutnya aku mulai menjauh dari David. Aku dengar dia jadian sama anak cheers itu, Friska. Dan dia tidak pernah punya waktu untuk pulang bareng bersama ku atau mampir ke rumah ku lagi. Aku pun mengambil keputusan untuk menjauhi David, dan menerima Rafi untuk menjadi pacar ku. Tidak ada salah nya kan ? pernah sesekali aku ber papasan dengan David di kantin, dan aku tidak menyapa atau memberinya senyum sama sekali. Dan dia kelihatan gelagapan, hah peduli amat sih.
Tetapi jangan salah, walaupun aku menjauhi David, aku selalu mencari kabar nya dari jauh. Lama kelamaan aku menyadari, kenapa selama ini aku seperti membenci David. Aku akui, aku cemburu. Terlambat untuk aku menyadari bahwa aku sayang David, tetapi dia sekaramg bahagia bareng friska kan? Yaudah. Tetapi sudah seminggu ini aku tidak melihat David, dia kemana?”
Aku pun menutup buku diary ku, dan mencoba untuk memejamkan mata. Besok nya, aku mencari ka Bagas, teman basket nya David. Mungkin dia tahu kemana perginya David, rumahnya pun sepi. Di pertengahan anak – anak basket sedang berlatih, aku menghampiri ka Bagas.
“Ka, Ka Bagas!”
“Eh Arian, tumben ke sini. Ada apa?”
“Ehhh, liat David ga? Udah seminggu ini aku ga liat dia, rumah nya juga sepi. Aku ketok ketok engga ada jawaban dari rumahnya”
“Kamu ga tau David kemana? Wah wah wah, gara – gara friska kalian lost kontak ya?”
Deg jantung ku berdegup lebih kencang mendengar pernyataan barusan.
“Ini ada dari titipan dari David, dia titip ini seminggu yang lalu. Tapi kata dia nunggu kamu aja yang nyariin dia. Tapi syarat nya kamu harus buka tulisan ini dirumah oke?”
Aku kebingungan dan hanya meng’iya’kan. Akupun mengucapkan terima kasih kepada kak Bagas sebelum dengan cepat cepat aku pulang kerumah. Saat aku sampai di kamar aku membuka kertas kecil itu dan tulisan nya
Buka diary kamu bagian akhir”
Aku tambah bingung, tetapi aku hanya mengikuti perintah itu dan dengan cepat mengambil diary ku. Di bagian akhir aku lihat tulisan David yang aku kenal jelas, menuliskan sesuatu.
“AKU GA TERIMA ARIAN, KAMU JADIAN SAMA RAFI. Kamu seharusnya tau, aku duluan yang sayang sama kamu. Kenapa kamu terima dia? Dan aku tau, aku memang salah, malah mendekati Friska. Aku baru menyadari di saat kamu menjauh, Ada yang kurang. Ada yang hilang. Maafin aku, aku juga mutusin friska karena sebenarnya aku ga bener bener suka sama dia. Ternyata orang yang aku sayang cuman kamu, Arian. Pasti kamu nanya – nanya aku kemana. Aku lagi long weekend sama papa mama ke Disneyland Hongkong hehehehe hadiah buat ultah nanti. Dan yang aku mau buat kado special aku nanti cuman kamu. Boleh kan? Aku cuman minta buat kamu engga ngebohongin perasaan kamu lagi oke? Dan ya maaf aku udah baca isi diary kamu, termasuk isi hati kamu. Sampai ketemu lagi tanggal 18 Juni!”

Dasar David!!! Dan ya sial, besok itu  tanggal 18 Juni. Berarti aku harus mutusin Rafi? Oh tidak, Rafi yang malang.



Minggu, 28 September 2014

Liar Star

                Bintang di malam ini sangat lah terang. Aku heran, tidak biasanya aku memperhatikan bintang dari balkon di depan kamar ku. Dan aku baru menyadari kalau pemamdangan malam hari terlihat lebih indah kalau di lihat dari sini. “Cie, ade gue bisa galau juga ternyata” saat aku melihat kebelakang, ternyata itu kaka ku, Hydra. “Galau? Sok tau banget sih. Aku tuh lagi mengamati bintang tau”
Ka Hydra pun duduk tepat di sebelah ku. “Naga Laut” ucapnya. “Stopppp! Aku bosan denger sajak yang kaka bikin dari nama kaka!”
“Naga Laut” lanjutnya lagi.
“Berisik!” ucap ku.
“Melambangkan seorang Hydra”
“BERIIIIISIIIIIIK!!!”
“Yaelah, hargai kek orang yang lagi mau menyampaikan karya nya” kak hydra pun menyenggol ku.
“Ini yang ke 21 kali loh ka. Rese amat sih, mending kalo sajak nya bagus”
“Iya deh iya git. Eh eh eh itu liat deh kearah Timur” tunjuk ka Hydra. Dengan reflex aku melihat kearah kanan ku. Terdapat mobil pindahan disana. 
“Yes, ada tetangga baru. Siapa tau aja cewe, anak  kuliahan, putih, tinggi…..”
“ssssst berisik ah. Udah malem, aku mau tidur. Sana keluar!” aku pun mendorong dorong ka Hydra hingga keluar dari kamar ku. Aku pun menutup pintu menuju balkon dan bergegas pergi tidur.

                Hari ini mentari muncul lebih awal dari biasanya. Padahal sekarang baru pukul 6.30 tetapi mentari sudah bersinar dengan terang nya.
“Git, kenalan sana sama tetangga baru kita. Om Pollo sama tante Melda. Anak nya sepantaran sama kamu loh.” Ucap mama saat kami sekeluarga sarapan.
“Yahh” ucap ka Hydra. Aku hanya tertawa karena ingat akan kata kak Hydra tadi malam.
“engga ah ma. Paling juga anak nya ga asik. Hehe . mah, pah, kak dra.. gita bergi dulu!  Assalamualaikum”

Aku pun keluar dari rumah, dan melewati rumah di sebelah ku. Terlihat ramai di sana. Ah mungkin mereka sedang membereskan barang – barang mereka. Aku pun sepanjang jalan menuju ke sekolah hanya membayangkan kalau aku mendapatkan teman baru yang sepantar dengan ku. Mungkin dia pulang bermain dari rumah ku akan babak belur. Ya aku suka memukul mukul orang jika aku tertawa dengan lepasnya.
                Aku memasuki sekolah dengan ringan nya. Hari ini adalah hari jum’at, hari paling menyenangkan dalam seminggu. Mata pelajaran nya hanya ada 2 saja. Yaitu olahraga dan seni budaya. Otomatis tidak akan ada tugas. Aku memasuki lorong menuju kelas dengan rasa keheranan. Aku melihat lorong kelas sangat penuh dengan anak dari kelas lain. Aku pun mempercepat langkah ku karena ingin tahu apa yang sedang terjadi di dalam kelas.
“Misiii, permisi… geser dikit aku mau lewat! Air panas air panas. Woii sakittt keinjek, eh geser dong!”
Dengan susah payah aku melewati kerumunan . aku melihat sohib ku, karina.
“Git, aku duduk sama laila dulu ya. Kan sekarang olahraga nya per tim” ucap nya saat aku baru mau mengahampirinya. Laila yang ada di sebelah karina hanya nyengir saat melihat ku, aku pun nyengir balik.
Tanpa komando lagi, aku menghampiri meja paling nyaman seantero kelas. Ujung pojok kanan. Murid di kelas ku ada 39 orang, otomatis ada satu orang yang duduk sendiri. Hari ini adalah bagian aku yang duduk sendiri. Aku pun mendorong kursi yang ada didepan ku memakai kaki.
“Apaan git?” ucap Rangga, lelaki yang bangku nya aku dorong barusan.
“Ada apaan sih di luar? Tumben banget kelas kita rame?”
“Engga tau tuh”
“Atau lagi pada nungguin gue dateng barusan?”
“Kata nya sih bakal ada anak pindahan gitu di kelas kita” ucap Indra yang duduk di sebelah Rangga.
Aku pun hanya ber ‘oh’ ria saat Indra menjelaskan tentang si anak baru. Aku juga heran, kenapa banyak yang ingin lihat si anak baru ini. Yang kayanya engga ada spesialnya tuh. Mending juga ngeliat si Udin nge rap.
Saat mata pelajaran olahraga, bapak dermawan tidak masuk. Dan tidak ada tugas yang biasa menjadi oleh – oleh untuk kelas kami. Aku membaca buku tentang rasi bintang. Aku salah membawa buku, ini adalah buku punya Kak Hydra. Sepertinya tadi malam buku ini dia tinggalkan di antara tumpukan buku mata pelajaran ku untuk hari ini. Aku pun menyetel mp3 di handphone ku. Aku hanya merasa bosan. Aku pun menenggelamkan kepala ku di antara ke 2 tangan ku.
“Bruuuuuuuk!” aku mendengar lemparan sebuah tas di atas meja ku. Aku merasa geram, karena orang yang telah melempar tas tersebut telah membangunkan sang harimau. Saat aku melihat seseorang yang sedang duduk di sebelah ku dia hanya diam. Muka nya sangat putih dan bersih, hidung nya mancung. Aku seperti mengenal orang ini. Tetapi tidak. Aku mencoba mengucek mata ku. Oh tidak, ini sih bule. Kenapa bisa nyasar ke sini? Akupun melihat ke sekeliling kelas, wajah teman – teman ku keheranan melihat bangku ku. Ya aku duduk bersama seorang bule yang yaaa lumayan lah, not bad.


                Istirahat pertama. Si Bule entah pergi kemana. Teman – teman ku pun datang menghampiriku, seperti layak nya aku akan di interogasi.
“Git! Lo kenal sama bule itu?”
“Gitaaaaa, elu kenapa bisa duduk sama bule itu? Padahal bangku si irvan sama bangku silfa kan kosong. Kok yang dipilih bangku elo sih?”
“Gigittt elo make elmu apa bisa bikin si bule mau duduk sama elo?”
Semua pertanyaan mulai menghampiri bangku ku. “Stoooop kawan – kawan tenang, aku sakit perut! Aku mau ke WC duluuu. Bye!” aku pun ngacir keluar dari kelas. Aku tidak tahu harus menjelaskan apa kepada mereka semua.
“Kamu!” aku pun berhenti berlari, lalu mencari asal suara. “Iya kamu!” aku pun melihat gang kecil di dekat di bawah tangga. Di saat aku menghampiri asal suara, aku melihat si bule sudah berdiri di situ.
“Aku tahu ini terdengar aneh, tapi…” ucap nya
“tunggu, kok bahasa Indonesia kamu lancar banget sih?”
“Dengerin aku dulu, nama aku Lyra Bintang Afsheen. Aku pindahan dari Bogor. Aku tetangga baru kamu, kamu mau ga jadi pacar aku?”
Aku menatap si bule dengan ngeri, ada apa dengan hari ini? hari ini lancar sebelum si bule datang mengahancurkan hari ku.
“Diem berarti iya kan?”
“ehhh engga bukan gitu…”
“engga pake tapi, bantuin please. Jadi pacar bohongan kok” ucapnya
Aku pun akhir nya meng iyakan dan raut wajah Lyra menjadi senang. “Oke! Sekarang ikut aku, kamu engga usah ngomong apa – apa. Tapi ikutin aja apa yang aku omongin”
Lyra pun menarik tangan ku menuju kantin. Kami makan bersama di kantin. Dan semua mata tertuju kepada aku dan Lyra. Aku sangat lah malu, harga diri ku sudah sangat jatuh. Aku yang biasa nya urakan dan makan sambil jalan, sekarang, detik ini makan bersama cowo bule seakan – akan kami itu pacaran. Eh emang iya ya, pacar bohongan tapi.
“Makan yang banyak ya git, biar makin cantik” ucap Lyra dengan gaya ala pacar semua idaman wanita.
Aku hanya mengangguk malu. Aku tahu, muka ku pasti sudah sangat lah merah. Tetapi aku tidak bisa mengelak, aku tidak bisa menolak perintah Lyra.

                Setelah dari kantin, aku berpegangan tangan dengan Lyra hingga ke dalam kelas. Aku hanya merasakan bahwa tangan ku basah. Aku nervous, se tomboy – tomboy nya seorang sagitta, engga pernah pegangan tangan sama cowo. Apa lagi sama yang namanya PACARAN! Aku masih shock sampai sekarang. Aku merasakan getaran berada di hati ku, aku merasa seperti darah membludah dari jantung ku. Aku berharap drama ini segera berakhir.
                Anak – anak di kelas ku pun tercengang melihat aku berpegangan tangan bersama Lyra. Saat mata pelajaran Seni Budaya pun, Lyra masih menunjukan sikap perhatian nya kepada ku. Yang membuat ku tidak nyaman. Saat pulang sekolah pun aku pulang bersama Lyra. Aku di ajak kerumah nya terlebih dahulu untuk berkenalan bersama orang tuanya. Dia pun akhirnya angkat bicara tentang drama yang di perankan oleh aku dan Lyra.

                Lyra pun merahasiakan misi nya tentang drama antara aku dan Lyra hingga 1 Semester. Dan ada perasaan yang lain di sana, di saat aku berada di dekat Lyra, dan di saat aku tidak di dekat Lyra. Tetapi aku masih menyimpan perasaan ini. Karena aku tahu kalau kami pacaran itu bohongan dan tidak serius. Parahnya Lyra adalah cinta pertama ku, bodoh nya aku mau menjadi pacar bohongan nya. Yang aku inginkan sekarang adalah untuk menjadi pacar sungguhan nya.
Hari ini Lyra tidak masuk sekolah, dan dia berjanji untuk memberi tahu ku tentang misi dramanya selama ini. Aku menunggu pukul 4 Sore di café Pelangi, tempat biasa kami berdiskusi untuk membuat cerita tentang hubungan ku dengan Lyra. Setelah pulang sekolah dengan sigap aku pergi menuju café itu. Di sana aku lihat Lyra sudah menunggu di meja tempat biasa kami duduk.
“Sorry ra telat, pelajaran terakhir nya bu Hilda soalnya” ucap ku sambil ngos ngosan.
“iya gapapa” ucap nya sambil tersenyum. Ada sesuatu yang berbeda di mata Lyra hari ini, aku sudah mengenalnya selama 1 semester. Aku pun selalu ada di dekatnya, jadi aku tahu perubahan kecil yang terjadi di dalam diri Lyra.
“Coba jelasin misi drama kamu. Apakah berhasil?”
“jadi gini git, sebelum nya maafin gue ya buat ngejadiin elo sebagai pacar bohongan gue. Kesan pertama kali gue masuk SMA Pahlawan, gue shock banget. Gue mau masuk kelas, semua mata tertuju kepada gue. Malah sebelum masuk sekolah han pun gue selalu jadi pusat perhatian. Dan gue ga nyaman”
“terus?”
“Cewe – cewe yang ada di kelas kita itu agresif semua. Dan gue takut, terlintas di fikiran gue buat nyari tameng. Dan ternyata tameng gue itu elo.”
“Oke.. hm, Lyra..”
“eh tunggu git, gue belum selesai ngomong. Sebenernya dari hari pertama kita ketemu itu, gue udah suka sama elo. Sebenernya di hati gue. Gue udah nganggep elo pacar gue sendiri. Jadi sebenernya misi gue gagal. Hm, mau ga elo jadi pacar gue?”










Minggu, 31 Agustus 2014

Voodoo Doll


          Selalu telat.  Dua kata yang bisa mendeskripsikan aku. Sudah mencoba banyak metode dengan berbagai macam cara apapun tetap saja aku akan selalu telat. Entah itu telat bangun, telat berangkat, telat datang ke sekolah, pokoknya serba telat. Hari ini, 18 Agustus 2014. Tanggal yang sakral. Kenapa? Karena hari ini adalah hari senin, dan kemarin adalah hari minggu di tambah hari ulang tahun Indonesia. Poin nya adalah hari ini upacara bendera,  yang akan banyak memakan durasi dan jika aku telat datang durasi hukuman pun akan sangat lebih parah. “06.15AM” angka yang tercetak di arloji ku. Lima belas menit lagi gerbang sekolah akan di tutup. Sedangkan, detik ini, menit ini, aku masih mencari - cari angkutan umum yang kosong. Sial. Sungguh sial. Aku pasti akan di hukum. Ah sudahlah, pasrah saja Mei. Toh kalau aku mengeluh juga tidak akan mengubah keadaan.
          Akhirnya aku menemukan angkutan umum yang bisa aku tumpangi. Ya walaupun aku hanya bisa menduduki ¾ kursi joknya.  Kesialan tidak berakhir di situ, macet terjadi di mana- mana. Sungguh, Senin pagi yang sangat tidak bersahabat. Padahal jarak rumah ku ke sekolah tidak terlalu jauh. Hanya menaiki satu angkutan umum saja. Tetapi yang harus di salahi adalah pola tidur. Ya aku hanya memikirkan apa yang bisa membuat ku merubah pola tidur ku yang berantakan. Selama di dalam angkot aku hanya merenungi itu. Hingga satu motor yang berhenti  sejenak di sebelah angkot yang aku tumpangi , membuyarkan lamunan ku.
“Duh macet nih beb, gimana dong?” ucap seorang cewek dengan manja.
“Yah gimana lagi dong beb, macet nya parah gini sih.” Ucap seorang cowo yang membonceng cewe tersebut.
“Kalau sampai telat gimana?”
“Yang penting kan kita telat nya barengan.” Ucap si cowok dengan ekspresi yang menjijikan.
          Aku pun membalikan bola mata ku dari kedua orang itu.  Mual rasa nya mendengar setengah pembicaraan mereka. Telat barengan kok malah seneng . Aku hanya mencaci mereka di dalam hati. Berfikir, betapa mengerikan nya remaja zaman sekarang. Hiii. Sungguh, apakah mereka tidak punya kewajiban lain selain melakukan hal – hal yang tidak penting sama sekali? Entahlah. Aku hanya berharap angkot ini bisa terbang, agar aku bisa sampai di depan sekolah tepat waktu.
         “Mampus!” pekik ku di saat sudah berada di tengah lapangan saat upacara akan dimulai. Bodoh sekali kau Mei! Di saat upacara yang penting kamu malah tidak membawa TOPI??!
“Vi, bantuin gue dong. Gue ga bawa topi nih!”
“aduuuhh  mei gimana sih, upacara penting kok malah ga di bawa? “ ucap Vina yang ikutan panik juga.
“kamu kan tau aku suka bangun telat, duh gimana dong.”
“euhh, yaudah pura pura sakit aja! Terus kamu pergi ke….”
          Sebelum Vina menyelesaikan ucapan nya, anggota OSIS pun datang  mendekati aku dan Vina. Aku makin panik. Vina kalo ngomong ga kira – kira volume sih, kalau anggota OSIS itu denger  apa yang Vina omongin kan masalahnya bisa panjang.
“Ini aku pinjemin topi, tapi jangan bilangin yang lain dan anggota osis ya kalau aku kasih pinjem ini ke kamu.” Ucap seorang cowok yang dari muka nya udah keliatan kalau dia anggota OSIS. Sebelum aku sempat mengucapkan kata terima kasih, cowok itu sudah melesat pergi entah kemana.
“ciee Meila”
“apaan sih” ucap ku lalu merapihkan barisan dengan barisan yang ada di depan ku.
          Pelajaran pertama, pelajaran Pa Budi. Tugas yang seabrek bikin anak kelas sebelas IPA satu diam di kelas untuk saling mencontek. Tradisi turun menurun yang seharusnya tidak boleh di contoh sih. Tapi dari pada kena omelan Pa Budi sampai mulut ber busa baru berhenti, mending kita pakai solideritas kita. Oke ini sesat.
“Meilaaaaaa liat buku tulis elo dong, cepetan keburu Pa Budi dateng.” Ucap Alfi dengan di ikuti tiga sohib nya.
“Ada di Karin, ambil aja sendiri.” Ucap ku sembari membulak balikan topi. Oh iya TOPI! Belum sempet aku kembaliin. Aku kembali membulak balikan topi tersebut, mencari nama sang pemilik. Tertulis “Aditya Pamungkas” di topi itu, tapi tidak tercantum nama kelasnya.
“WOIIII TEMEN TEMEN! DENGERIN GUE, INI BERITA HAWT BINGITS!”
        Yang tak lain dan tak bukan itu pasti Ika, suara nya yang serak serak basah bikin sepenjuru kelas juga kenal itu Ika. Dan pengumuman nya yang tiba – tiba bikin anak kelas terdiam. Ika, cewe maskot kelas yang paling cetar. Suka nya ngegosip, dan gosip nya itu bisa bikin se antero sekolah gehger. Ga tau karisma macam apa yang Ika pakai, bisa membuat semua orang mau mendengarkan gossip terbarunya. Yang sebener nya engga penting juga. Anak – anak kelas yang asalnya asik mengerjakan PR, dengan sigap mendekati Ika. Dengan alasan engga mau ketinggalan gossip baru.
“Ada apaan ka???” ucap udin yang ga kalah excited.
“Pokok nya, yang penakut ga usah ikut dengerin deh.” Ucap Ika dengan gaya ‘sok’ misterius.
“Ayoooo dong kaa” ucap anak kelas hampir berbarengan.
Ika pun dengan gaya akan membacakan Pidato, ala presiden sambil berdehem alias membersihkan tenggorokan segera menuju tengah kelas dan menaiki satu kursi.

“Pokoknya kalian jangan menyalahkan Ika kalau ada yang terluka sehabis gossip terbaru ini…”
“Dan ingat lah wahai teman – teman , ini hanya sebuah gossip. Ambil lah hikmah dari cerita ini.” Ucap Ika dengan gaya yang membuat ku geli juga.
“Ini tentang ‘Vodoo Doll’ yang artinya spirit of god” ucap Ika
          Aku yang menyimak gossip Ika dari bangku hanya mendengarkan apa yang dia sampaikan. Banyak ekspresi yang digambarkan dari wajah teman – teman ku. Ada yang hanya  ber’oh’ ria, ada yang bingung, ada yang muka nya semakin antusias dengan apa yang Ika sampaikan.
“Vodoo itu adalah boneka kuno dari Africa Barat yang diasosiasikan dengan ilmu hitam. Ngeri bangetkan.. Terus biasanya digunakan untuk perantara guna – guna ataupun jimat keberuntungan.”
“Harus dilengkapi dengan helaian rambut, partikel kecil bagian tubuh orang yang akan di tuju dan bacaan mantra tertentu.  Jangan coba- coba deh temen – temen. Ini bahaya banget, pake acara ilmu hitam segala lagi” lanjut Ika.
          Heran, padahal ingatan Ika itu luar biasa. Tetapi cara penerapan nya yang salah. Dan satu lagi, kalau dia menghimbau yang lain tidak untuk mencoba, kenapa harus di kasih tau cara nya ke yang lain? Aneh.
“Dan kalian harus tau, Aditya si calon ketua osis itu katanya pake jimat boneka Vodoo di tas nya. Pokok nya jangan milih dia deh, atau kena peletnya. Bahaya!! Hih” tambah Ika
         Aku tertegun, ini Aditya yang mana ya? Yang minjemin topi ke aku tadi bukan? Ah bukan urusan ku ini. Setelah Ika turun dari kursi, datang lah Pak Budi dengan membawa banyak lembar foto copy-an.
“Sekarang ulangan!” Ucap Pa Budi dengan logat Jawa nya yang kental.

                                                                                               ***        
 “Tiga Mei! Nilai ulangan gue tiga! Bayangin ga sih elo kalo jadi gueee?” ucap Vina dengan gaya frustasi, menaruh kedua tangan nya dipelipis.
“Kan cuman ulangan harian vin, masih ada remedial kok.” Ucap ku sambil memotong – motong batagor yang ada di depan ku.
“yah , elo sih gampang ngomong gitu. Nilai lo kan sepuluh. Beneran deh, gue kesel banget sama Pa Budi, di tambah pelajaran nya juga!”
“Terus gue ngerjain buku paket 5 Bab buat apa kalo ga diperiksaa???”  ucap Vina sambil melanjutkan sumpah serapahnya. Ya begitulah Pa Budi, tidak ada angin tidak ada hujan, ulangan selalu saja mendadak.
“Yaaa buat pelajaran lain kali, 5 Bab kan buat 5 minggu vin. Sedangkan elo baru ngerjain dari kemarin.”
“heee, iya juga sih. Eh tunggu ya gue mau beli minum dulu nih. Mau mesen ga?”
“Air putih aja yang botol satu.”
Vina pun pergi menjauh ke tempat warung di ujung kantin. Aku pun duduk sendiri di bangku kantin ini. Mengamati orang – orang yang melintas dengan kepentingan nya masing – masing. Lalu kemudian…
“Duh sorry sorry ga sengaja.” Ucap seseorang setelah menumpahkan minuman nya ke mangkuk yang ada di depan ku yang berisi batagor kering. Saat aku melihat mukanya, ternyata, si Adit yang meminjamkan topi nya tadi pagi. Dia menenteng sebuah kunci motor yang ada gantungan boneka kecil ditangan nya.
“Sorry banget ya, gue ganti deh batagornya sama yang baru” tambahnya lagi
“Eh ga usah, santai aja. Lagian gue udah kenyang.” Ucap ku alibi, yang jelas jelas aku gondok berat, yang sebenarnya belum sempat aku makan sedikitpun. Yang bentuknya berawal dari batagor kering dan bertransformasi menjadi batagor kuah. Entah memang urat malu nya sudah putus atau apapun alasan nya, dia pergi dengan santai nya. Oh ya, bodoh. Aku kan menyuruhnya untuk ‘santai aja’.
“Sorry mei, penuh tadi warung nya. Terus gue engga nemu pesenan elo. Eh itu batagor lo kenapa? Kok bentuk nya ga beraturan gitu sih?”
Ucap Vina yang baru datang dari membeli minuman.
“Tadi ada yang numpahin, eh cabut yuk ke kelas, udah masuk tuh.” Ucap ku, dan untung nya memang benar saat ini bel tanda istirahat selesai, mulai mengalun.

         Pelajaran bahasa Indonesia, membuat ku mengantuk dan pusing. Jelas sekali efeknya, karena aku kekurangan waktu tidur, tidak makan dari tadi pagi,upacara yang durasinya satu jam lebih,dan ulangan dadakan.  Sedangkan otak ku memaksa untuk terus bekerja. Vina yang kelihatan nya khawatir dengan muka ku yang katanya pucat sekali, cepat – cepat mengantar ku ke UKS.
“Mau ditemenin ga Mei?” ucap Vina di saat kami sudah sampai di UKS.
“Ga usah deh Vin, nanti elo ketinggalan materi Bu Dewi lagi. Gue gapapa kok.”
“Yaudah gue ke kelas dulu ya, kalo ada apa – apa sms gue aja. Get well soon!”
        UKS hari ini sepi sekali, buktinya hanya ada aku sendiri di sini. Biasanya hari senin itu penuh, seperti tempat evakuasi korban gunung meletus. Dari pintu pun terdapat seorang cowo masuk. Dan saat aku menelaah wajah nya, aku pun memutarkan bola mata ku dari wajahnya. Aditya lagi Aditya lagi. Kenapa sih dia ada dimana - mana? Sepenting apa sih peran dia di sekolah ini? Bosan sekali melihat wajah nya hari ini. Untuk ke tiga kalinya aku berpapasan dengan dia. Dan ke dua kali nya aku melihat dia menenteng kunci yang bergantungkan boneka.
“Cuma sendiri?” ucapnya.
“Kelihatan nya gimana?” ucap ku dengan nada yang ala kadarnya
“Kelihatan nya berdua sih.” Ucapnya. HAHA lucu sekali. Cepatlah pergi, aku ingin tidur.
“Oh iya kenalin nama gue Aditya Pamungkas, hari ini kebagian ngabsen orang yang sakit di UKS. Orang yang minjemin topi, numpahin air ke batagor lo juga.”
“Bagus sih nyadar juga, dan ngomong – ngomong gue ga nanya tuh.” Ucap ku yang kelewat dongkol dengan manusia yang ada di sebelah ku ini.
“Nama lo siapa?”
“Meila Daysi Kurniawan.”
“Kelas?”
“XI IPA I”.
          Dia pun hanya manggut – manggut sembari mencatat nama ku di buku tamu UKS. Aku pun memperhatikan boneka yang ada di saku baju seragam nya. Ukuran boneka nya terlalu besar untuk di masukan ke saku seragam. Kata – kata Ika pun terlintas di benak ku. Aditya? Calon Ketua Osis? Yang kabarnya pakai ilmu Vodoo Doll? Gila aja ini orang nya? Tapi bisa jadi sih. Muka nya udah mewakili gitu kaya boneka nya. Mending kaya boneka Teddy Bear, lah ini kaya boneka santet.Eh emang iya sih.
“Bagus ya boneka gue?” ucap nya tiba – tiba.
“Idih apaan sih lu, siapa yang lagi mikirin boneka lu.”
“Ga usah alibi deh lo, jelas – jelas dari tadi ngeliatin boneka gue.”
“Ini kan mata gue, emang nya setiap gue liat sesuatu bakal pasti mikirin sesuatu itu yang lagi gue liatin? Engga juga kan. So tau.”
“Ga usah meng’guru’i  deh. Mau gue pelet  lu pake ini boneka?”
          Aku yang mendengar nya langsung bergidik ngeri. Aku pun membalikan badan ku menuju tembok yang berada di ujung UKS, pura – pura tidak mendengar apa yang Adit bicarakan tadi.
       

         Jam empat lebih tiga puluh delapan menit. Aku mengerjit kaget. Ternyata aku tertidur sekitar 2 jam an. Dan di sebelah ku terdapat secarik kertas yang di atas nya terdapat boneka Vodoo Adit, topi, batagor, dan air putih botol. Gila tu orang, bener – bener horror. Aku pun membuka kertas itu



sorry mei gue tinggal ya, sebelumnya maafin gue ya. Untuk semua yang gue lakuin ke elo kayanya engga ada yang baik deh. Gue udah ngasih elo topi yang pengaitnya udah engga ada, gue udah numpahin minuman gue ke batagor elo yang gue tau elo belom makan itu batagor (minuman nya itu minuman terakhir yang pengen elo pesen waktu istirahat) , dan gue bersikap kurang sopan ke elo. Sebagai permintaan maaf gue, gue gantiin semua kesalahan gue hari ini ke elo. Dan FYI (for your information) gue engga make ilmu hitam di boneka ini -___- ini boneka kesayangan gue dari gue masih umur lima tahun, yang selalu ada di samping gue (jangan bilangin siapa – siapa untuk yang satu ini). Dan karena elo adalah bagian baru yang jadi kesayangan gue, elo harus jagain ini boneka!
Gue tunggu elo di Café Senja hari ini jam 04.00 PM . Gue tunggu sampe elo dateng!”

Adit                                                            

          Mampus ! udah lewat  tiga puluh delapan menit!


                                "Voodoo Doll - 5 Seconds Of Summer”

I don't even like you,
Why'd you want to go and make me feel this way?
And I don't understand what's happened,
I keep saying things I never say.

I can feel you watching even when you're nowhere to be seen,
I can feel you touching even when you're far away from me.


Tell me where you're hiding your voodoo doll 'cause I can't control myself,
I don't wanna stay, wanna run away but I'm trapped under your spell.
And it hurts in my head and my heart and my chest,
And I'm having trouble catching my breath.

Ooh
 

Won't you please stop loving me to death?

I don't even see my friends no more,
'Cause I keep hanging out with you.
I don't know how you kept me up all night,
Or how I got this tattoo.

Every time you're near me,
Suddenly my heart begins to race.
Every time I leave,
I don't know why my heart begins to break.


Tell me where you're hiding your voodoo doll 'cause I can't control myself,
I don't wanna stay, wanna run away but I'm trapped under your spell.
And it hurts in my head and my heart and my chest,
And I'm having trouble catching my breath.

Ooh
 

Won't you please stop loving me to death?





Minggu, 24 Agustus 2014

Hujan Bintang

     Aku berjalan tergopoh - gopoh sembari melihat arlojiku. tertulis "05.10 PM" disana. Menandakan hari mulai petang. Tentunya langit pun mulai berganti warna, berlatar lebih gelap. Ditambah memang musim ini adalah musim hujan. Yang berarti langit berwarna dua kali lipat lebih gelap dari biasanya.
"Nas! nas!" terdengar seseorang memanggil nama ku dari belakang. Aku pun membalikan badan. Ku lihat Ira ber lari - lari kecil mengahmpiriku. "Huh, apaan sih ra? gue buru - buru nih!" dengus ku kesal.
"Kalo ga penting - penting amat juga ga bakal gue mau ngejar lo dari kelas barusan."
"Yakin penting banget? buruan deh ada apaan?! udah sore nih gawat perpus bentar lagi tutup."
"Abis ini elo pasti ngucapin beribu - ribu terima kasih ke gue, YAKIN!!" ucap Ira dengan semangat '45nya.
"CEPETAAAN RAAA!" ucap ku tambah kesal. Jelas kesal, karena hari ini adalah hari terakhir pengumpulan naskah lomba Menulis Novel. Dan pengumpulan berkas bertempat di perpustakan sekolah. Ditambah perpustakaan tutup pukul setengah enam. Lomba ini akan mewakili sekolah ku ke tingkat Nasional. Kalau karena telat menjadi alasan utama ku tidak daftar lomba ini, aku akan menyalahkan Ira 7 hari 7 malam.
"Sabar dong mba, nih berkas lo yang ketinggalan. gawat kan kalo gue tadi ga liat ini ketinggalan di laci meja elo." ucap Ira sambil mengulurkan tangan nya yang memegang berkas persyaratan ku untuk ikut lomba, yang di dalam nya pasti terdapat Novel karya ku.
"YA AMPUN RA! MAKASIH BANGET! GA NYESEL GUE PUNYA SOBAT SEKSI KEBERSIHAN KAYA ELO! MAU TRAKTIR DIMANA? BASO MAS BEJO? ATAU SEBLAK TEH NINGSIH?" ucap ku sembari memeluk Ira dengan eratnya.
"Nassss!!! yang gue mau sekarang cuman elo plisss lepasin pelukan nya! sesek tau!" ucap ira memegang lehernya yang kelewat merah gara - gara tadi aku peluk.
"Hehe sorry ra, kalo ini sempet ilang kan bahaya banget."
"Sorry nya gue terima kalo elo comblangin Kak Bintang ke gue, hehe enggak deng nanti Rico marah ke gue. Eh jadi ngelantur kan, oh iya yakin nas enggak nebeng motor gue aja? gue tungguin deh."
"Yakin ra, abis ini gue ada bimbel . Duluan aja kali, gue udah banyak ngerepotin lo juga hari ini."
"Beneran nas? bentar lagi hujan tau" ucap Ira sembari menerawang langit.
"Gue bawa payung kok, lagian bisa neduh dulu di sekolah."
"Yaudah deh kalo ga mau, gue duluan ya. awas ada yang nemenin lho!! hihihi" ucap Ira sambil melesat pergi. Sialan, ucap ku dalam hati.


     Aku pun mulai menyadari, aku kehilangan waktu ku beberapa menit tadi. Dan sialnya perpustakaan juga akan tutup, begitu juga penutupan pendaftaran nya. Aku ingin menjadi salah satu dari tiga perwakilan dari SMA TUNAS BAKTI. Dua yang lainya dari kelas sepuluh dan kelas dua belas. Aku melewati koridor menuju perpustakaan dengan berlari. sangat sepi. di tambah langit yang mendung. Kata - kata ira pun mulai terbesit di fikiran ku. hiiiiii. aku menambah lagi kecepatan berlari ku. Sesampainya di depan perpustakaan, ternyata tak kalah sepi dengan di koridor. Aku khawatir Ibu Sudiro sudah pulang, ya panitia pendaftaran.
"Permisi, bu?"
"Ibu Sudiro?" ucap ku  yang merasa belum puas karena tidak ada balasan sautan dari dalam perpustakaan.
Aku pun mulai berfikir, mungkin Ibu Sudiro sedang pergi ke luar sebentar. Aku pun mulai menarik salah satu kursi dan mulai duduk. Lima menit, sepuluh menit, lima belas menit. Tidak terlihat batang hidung Ibu Sudiro. Dan aku mendengar suara petir yang menggelegar, dan di ikuti hujan yang tak kalah derasnya. Hah sial, aku benci hujan. Tak lama dari suara petir tadi muncul, terdengar langkah kaki. Aku sudah berharap pasti bahwa itu Ibu Sudiro.
"Permisi" ucap seorang pria jangkung berbaju SMA yang basah kuyup.
"Ada bu Sudiro nya?" ucapnya lagi
"Engggaaa tau kak. Saya juga lagi nunggu Bu Sudiro" ucap ku gugup, memanggil kaka karena pangkat di baju nya bertuliskan 'XII'
"Oh" ucapnya datar lalu duduk di bangku sebelah ku. Aku merasa tidak nyaman duduk di sebelah nya. Baju nya basah, dan mengenai barang barang di sekitarnya. Termasuk tas ku yang aku taruh di bawah bangku tadi. Aku merasa makin tidak nyaman di tambah juga kesal. Aku pun mengambil se'pack' tisu dari tas ku dan memindahkan tas dari tempat asalnya tentunya.
"Nih ka, tisu. Baju kaka bikin semua barang di sini basah." ucap ku datar, dan menaruh tisu tepat diatas mejanya.
"Eh, makasih Nas. Bukan nya dari tadi gitu ngasihnya. jadi ga bakal basah kaya gini kan"
DEG JELEGER. sekarang gantian yang menyambar bukan petir, tapi hati ku merasa bergetar. Rasa kesal dan tidak nyaman berganti menjadi rasa takut. Apakah ini metode baru penculikan? kenapa dia tau nama panggilan ku? MAMA AKU INGIN PULANG, MANG DADANG PENJAGA SEKOLAH, DATANGLAH KEMARI. ATAU IBU SUDIRO DATANGLAH KEMARI. Tapi dari pada takut dengan alasan yang engga jelas, mending tanyain aja ke orang nya. kenapa dia bisa tau panggilan nama ku.
'hmmm" ucap ku agak ragu.
"iya?"
"euhh, oh iya kak tahu nama ku dari mana? kan itu nama panggilan deket sahabat ku. Dan aku baru tahu kaka sekarang. Menit ini, jam ini, di hari ini." ucap ku masih tetep sama, ragu.
Dan cowok yang di sebelah ku hanya tertawa.
"Tau dari mana ya? Hm nama kamu itu Mentari Nasya Salsabila kan? kelas XI IPA 8, juara umum, menang lomba cerpen waktu minggu kemarin." ucapnya masih tetap santai dan mengelap mukanya yang basah.
Oh iya, aku kok bisa bodoh gini ya. waktu hari senin minggu kemarin kan lomba pemenang cerpen di umumin sehabis upacara. ini namanya kelewatan parno. aku pun diam, malu sih kalau mau ngomong lagi. Duh, pasti muka ku udah merah padam.
"eh sorry de, pasti takut ya kok aku bisa tau detail gitu? oke kenalin nama saya Bintang Putra Pangestu dari kelas XII IPA 3. dan oh iya satu lagi, waktu ulangan semesteran kemarin kita ulangan sekelas kok." ucap kaka itu.
"oh iya kak? kok aku ga pernah lihat kaka ya hehe" ucap ku.
"Mungkin karena aku Bintang dan kamu Mentari" ucapnya. Dan setelah kaka itu menyelesaikan perkataan nya Ibu Sudiro pun datang. Dengan alasan ada saudaranya yang kecelakaan. Aku masih memikirkan perkataan kak Bintang tadi. Entah apa maksud nya.


     Sudah dua bulan dari peristiwa pendaftaran lomba menulis Novel dan perkenalan ku dengan orang bernama "Bintang". Yang baru aku ingat, Bintang adalah orang yang selalu Ira ceritakan padaku. "Kaka kelas yang cakepnya ga ketulungan, pinternya beeuhh ga usah di tanya lagi, yang baiknya kelewat baik.Perfect BE-GE-TE" gitu yang Ira selalu ucapkan kalau menggambarkan seseorang yang bernama "Bintang" itu. Dan lombanya pun sudah lewat beberapa minggu yang lalu. Pengumuman nya pun akan di umumkan di mading sekolah hari ini. Tapi karena aku mewakili kelas ku untuk penyuluhan "Bahaya Narkoba Bagi Pelajar" yang jadwalnya dari pagi hari sampai sore petang, jadi paling aku akan melihat pengumuman seusai penyuluhan selesai. Aku menatap layar 'in focus' dengan tidak 'focus'. aku masih memikirkan, akan kah aku menang? atau kak Bintang yang akan menang? Semenjak aku bertemu kak Bintang, aku jadi suka 'Hujan'. aku suka suara yang di hasilkan dari percikan air hujan. aku suka wangi air yang berjatuhan akibat hujan. Pokok nya aku suka sama hujan. Sudah sepuluh jam aku berada di aula tempat penyuluhan. dan moderator menyudahi acara. aku bergegas keluar aula dengan hati yang senang di campur deg - deg an.
Sepi, koridor sekolah sudah sepi. Aku pun sampai di depan mading sekolah. aku menyapu satu persatu pengumuman di papan itu. bertuliskan
" PENGUMUMAN HASIL LOMBA MENULIS NOVEL "

JUARA 1 : BINTANG PUTRA PANGESTU (BINTANG DAN MENTARI)  - SMA TUNAS BAKTI
JUARA 2 : MENTARI NASYA SALSABILA (INVISIBLE) - SMA TUNAS BAKTI
JUARA 2 : ERFINA PUTRI (LAGU BUAT VANYA) - SMA MANDIRI

Aku tersentak kaget, bukan karena hasil pemenang nya. Tetapi  karena judul novel Kak Bintang adalah "BINTANG DAN MENTARI". Lalu turunlah butir - butir air kecil dari langit. Padahal sore ini cerah.

"Ya mungkin waktu yang tepat untuk kita bertemu adalah di saat sore hari yang gerimis tetapi langitnya cerah, karena di situlah titik pertemuan antara Bintang dan Mentari." ucap seseorang cowok bertubuh jangkung yang aku tau itu pasti  Kak BINTANG.

                                                            THE END
                                                   (;ω;)Bye(;ω;)Bye


Sabtu, 16 Agustus 2014

Flashback for the last time.

pernah ga sih kalian ngeSTUCK sama orang yang kayanya care ke kalian aja engga?
Aku engga pernah. bohong deng, pernah. SERING. Aku ulangi, SERINGGG. *ceritanya biar dramatis*
Aku ga ngerti kenapa kemampuan otak  nurun banget, mendekati bego kalo deket sama orang yang kita suka. pernah ngerasain?
dan kenapa waktu buat suka itu lumayan cepet, sampai buat kita menyadari nya juga cepet. mikirin dia terus contohnya, atau senyum senyum sendiri. (ini so tau banget)
dan buat ngelupain nya itu butuh waktu yang lama banget, bisa bikin orang depresi. heran. apakah emang begitu caranya dunia bekerja?  ga ngerti dan ga tau.


pernah ngerasain saking sakitnya hati kita, sampai kita sampai di titik bahwa kita percaya bahwa cinta itu ilusi? bualan? sampai untuk memberi kesempatan ke orang lain itu hampir ke titik mustahil?


yang aku tau, kita pasti punya seseorang yang bikin kita susah lupa.
yang bikin kita ga percaya lagi sama yang nama nya cinta
kita harus belajar membenci untuk ngelupain dia.
kita harus ngejauh di kehidupan dia padahal kita ga mau.
kita harus ngorbanin sesuatu demi kebahagiaan dia.
kita sudah menghabiskan banyak waktu yang sia sia untuk dia.

Aku ga ngerti juga kenapa dunia harus bekerja seperti itu?


Aku nulis ini karena satu alasan yaitu seseorang, yang aku tau, aku bukan siapa siapa nya dia. yang udah bikin aku berharap aku amnesia. kaya lagu nya 5SOS. dan lirik nya yang bener bener bikin nyesss . jujur, aku masih sayang sama dia, aku juga kadang masih kepoin keadaan dia.

Aku kangen di saat momen dia udah bikin aku tersenyum lalu dia kembali cuek.
Aku kangen senyum yang dia kasih setelah Aku tegur kenapa dia suka cuek.
Aku kangen di saat aku ngejauh dia pasti ngejar aku lagi, walaupun aku tau dia ebernernya udah taken.

jujur aku kangen, tapi bukan sama orang nya.

Aku kangen kenangan yang aku tau ga akan pernah terulang lagi.

Aku kangen wangi musim hujan sama musim kemarau yang aku lalui sama dia. walaupun sebenarnya ga ada wanginya.

tapi apa dia ngerasain apa yang aku rasain? apa yang aku kangenin? aku tau jawaban nya engga.

Aku inget di suatu momen, di saat aku udah bener bener ngejauh, aku udah bener - bener nyerah dari dia

Lalu dengan polosnya dia muncul dengan versi dia yang aku inginin 'dulu'.

Tapi aku harus bener - bener ninggalin dia.  karena Aku yakin dia dateng di kehidupan aku buat jadi pelajaran, dan Tuhan sedang menyiapkan seseorang yang  lebih pantas.

Aku ga tau sekarang harus membuka hati buat orang yang lain atau diam di tempat.
Aku hanya nunggu waktu yang tepat.


                             ☆º°˚˚ Have a ηice ϑay º°˚*

Minggu, 10 Agustus 2014

Andai Saja

Andai saja, aku tidak sebodoh ini. aku tidak akan mau menunggu mu selama 2 tahun lamanya.
andai saja, kita tidak pernah bertemu. tidak duduk di bangku yang sama saat ulangan kenaikan kelas.
andai saja, aku dulu menganggap ini hanyalah cinta yang semu.
andai saja, kamu tidak menarik perhatian ku.
andai saja, aku tidak perlu menulis cerita di setiap lembar diary ku dengan nama mu. aku tidak akan mengingat mu terus menerus.


andai saja, kamu tahu perasaan ku. tapi, apakah bahasa tubuh ku sangat sulit ditebak oleh mu?
andai saja, kau tidak memilih sekolah yang bersebelahan. mungkin sudah dari lama aku melupakan mu.
andai saja, kau tidak pernah memberi ku harapan. yang seharusnya sudah dari awal ku tebak itu tidak pernah nyata adanya.
andai saja, aku tidak pernah meminta bantuan mu. kenangan tentang mu tidak akan sebanyak ini di ingatan ku.
andai saja, kau tidak pernah membonceng ku pulang sekolah waktu itu, aku tidak akan jatuh. haha apakah kau ingat momen itu? kau tau, luka di kaki ku masih membekas. begitu juga luka yang berada di hatiku.

andai saja, aku tidak menanyakan hal hal bodoh kepadamu.
andai saja, aku tidak menanyakan status hubungan mu saat itu.
andai saja, waktu pulang les aku tidak lewat depan sekolah mu.. kamu tahu? kamu terlihat bahagia disitu. bercanda dengan wanita asing yang tidak aku tau siapa, mungkin pacarmu?

aku melihat. kalian begitu akrab, mata binar mu bisa ku lihat dari jarak tujuh meter.

hingga jarak kalian sulit untuk aku ukur dari jauh.

andai saja, aku tidak men'stalk' akun teman perempuan mu dikelas, yang ternyata adalah wanita itu. Iya, wanita yang ada disebelah mu.

Sekarang, aku tidak harus merasakan sakit. aku melihat nama mu tertera di situ. dengan cerita kalian yang ku harap ada nama ku disitu.

sungguh andai saja. tetapi apa yang harus disesali jika semua itu telah terjadi? terima kasih untuk momen 2 tahun yang akan selalu aku ingat. walaupun aku tau, mungkin kamu tidak akan ingat.

RIP my feelings. HAHAHAH

Maysartn . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates